2024-07-30 HaiPress
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi,pekerja profesional atau praktisi di bidangnya,pengamat atau pemerhati isu-isu strategis,ahli/pakar di bidang tertentu,budayawan/seniman,aktivis organisasi nonpemerintah,tokoh masyarakat,pekerja di institusi pemerintah maupun swasta,mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Daftar di sini
Kirim artikel
Editor Sandro Gatra
HAMPIR semua warga negara Indonesia sudah mengenal Muhammadiyah. Organisasi massa (ormas) Islam dengan lambang surya atau matahari ini adalah ormas terbesar kedua di Indonesia setelah Nahdlatul Ulama (NU).
Amal usaha Muhammadiyah sudah tersebar di seluruh penjuru Indonesia,dari pendidikan anak usia dini,perguruan tinggi,panti asuhan hingga rumah sakit. Ormas ini sudah sangat berperan besar dalam kemajuan Indonesia.
Seperti saudara kembar,Muhammadiyah dan NU sama-sama telah berperan besar bagi masyarakat.
Lambang-lambang kedua ormas itu seakan menggambarkan kebersamaan mereka dalam menebar manfaat bagi masyarakat,bukan hanya umat Islam di Indonesia.
Bila Muhammadiyah memiliki lambang surya,NU memiliki lambang bumi. Keduanya,surya dan bumi,menggambarkan keberadaan kedua ormas itu akan membawa manfaat bagi kehidupan seluruh penduduk di dunia ini. Rahmatan lil 'alamin,bila kita mengutip istilah dalam agama Islam.
Namun hari-hari ini kedua ormas Islam mendapat godaan dari pemerintah untuk mengelola Izin Usaha Pertambangan (IUP) batu bara.
Bila kedua ormas itu tidak hati-hati,bisa menjerumuskan keduanya dari posisi rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam) menjadi bencana bagi alam semesta.
Namun,berita buruk itu ternyata datang begitu cepat. Akhirnya,Muhammadiyah mengikuti jejak NU,menerima tawaran pemerintah untuk terlibat dalam mengelola industri kotor batu bara.
Pada Kamis,25 Juli 2024,Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas blak-blakan mengungkapkan akhirnya pihaknya memutuskan menerima izin tambang.
Padahal sebelumnya suara dari generasi muda Muhammadiyah menginginkan elite di organisasi itu membuka mata dan hatinya terkait dampak buruk batu bara terhadap lingkungan hidup di tingkat lokal maupun di tingkat global,krisis iklim.
Apakah ada lobi-lobi dari pemerintah agar ormas Islam terbesar kedua di Indonesia itu terlibat dalam mengelola IUP batu bara?
Terlepas ada atau tidaknya lobi aktif dari elite pemerintah kepada elite Muhammadiyah untuk menerima IUP batu bara,ada baiknya publik terus mengingatkan potensi bahaya bila ormas berlambang surya itu terjebak dalam kubangan tambang batu bara.
Publik tentu tidak ingin Muhammadiyah dan NU,menjadi bagian dari pihak-pihak yang membuat kerusakan di muka bumi.
Sudah banyak pihak yang mulai menyadari daya rusak tambang batu bara terhadap lingkungan hidup,baik di sekitar operasional tambang maupun secara global sebagai penyebab krisis iklim. Salah satu pihak itu adalah sektor perbankan.
Saat ini muncul kecenderungan sektor perbankan mulai enggan memberikan pendanaan kepada industri kotor batu bara.
Penafian: Artikel ini direproduksi dari media lain. Tujuan pencetakan ulang adalah untuk menyampaikan lebih banyak informasi. Ini tidak berarti bahwa situs web ini setuju dengan pandangannya dan bertanggung jawab atas keasliannya, dan tidak memikul tanggung jawab hukum apa pun. Semua sumber daya di situs ini dikumpulkan di Internet. Tujuan berbagi hanya untuk pembelajaran dan referensi semua orang. Jika ada pelanggaran hak cipta atau kekayaan intelektual, silakan tinggalkan pesan kepada kami.
©hak cipta2009-2020 Jaringan Pendidikan Shell Hubungi kami SiteMap